Kamis, 23 Juli 2009


Panduan Untuk Fasilitator Desa


M e r a n c a n g
Desa SIAGA

Tim Penulis
Toto Rahardjo
Yoga Atmaja
Ririn Habsari
Amir Sutoko
Heru Suparno
Alvennia
Nieke Dewayani





Penyelaras Bahasa
Melisa Anila Sari

Desain Cover

Ilustrator

Compugrafy


Pengantar

Jika anda bukan bagian dari penyelesaian, 
anda merupakan bagian dari persoalan


Dengan menyadari keadaan seperti itulah, justru bagian yang terpenting dari peran fasilitator yang hakiki yakni adanya basis pengalaman langsung, keterlibatannya dalam persoalan dimasyarakat. Segala pemikiran dan tindakan fasilitator Desa SIAGA memang berasal dari apa yang dialami. Dengan pertimbangan itulah, maka buku ini dirancang bukan seperti supermi yang tinggal diseduh dan langsung bisa dinikmati. Walaupun banyak tulisan tentang prinsip atau kaedah dan sebaginya yang terkait dengan dunia memfasilitasi—dengan gaya tutur dan terkesan seperti berteori, namun sebenarnya kami sedang tidak semata-mata berteori—karena justru pada saat itulah sesungguhnya kami sedang terjadi proses menemukan teori dari pengalaman yang dialami selama ini. Oleh karenanya beberapa tulisan sengaja diolah disana-sini untuk dipadukan dengan pengalaman nyata sehingga membentuk struktur susunan pengalaman. 

Jika Anda Fasilitator sejati, adalah anda akan tahu tidak ada proses belajar yang tidak menyenangkan, setiap terlibat dalam proses fasilitasi bersama masyarakat, adalah waktu yang baik untuk mencoba sesuatu yang selalu baru tentang apa saja yang terkait dengan persoalan-persoalan masyarakat, khususnya untuk ibu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir.
 
Terlepas dari perdebatan pemaknaan terhadap praktek fasilitasi di masyarakat, peranan fasilitator sendiri sering menjadikan pesertanya justru tidak mampu mencapai tujuannya manakala teknik, metode, dan pendekatan filosofi yang digunakan tidak tepat. Tentu banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, salah satunya adalah tidak dilibatkannya peran, pengalaman, dan pengetahuan masyarakat sebagai subjek, bukan sebagai obyek yang harus diceramahi. Peserta menjadi seorang partisipan yang diharapkan terlibat secara utuh dan penuh dalam proses fasilitasi. Konsep yang dianut dalam metode seperti ini menggunakan pendekatan pendidikan untuk orang dewasa (adult Education) yang semua materi pendidikannya berbasiskan pengalaman dan pengetahuan partisipan itu sendiri. 

Mudah-mudahan antara tujuan pendekatan partisipatif untuk memanfaatkan basis pengalaman masyarakat yang menjadi ide dasar penyusunan buku ini dapat bertemu pada jalur yang sama; yakni pengalaman yang terstruktur (structured experience).

Tim Penulis sangat berterima kasih kepada Ibu DR. Sri Kusyuniati yang telah banyak memberi kritik dan masukan & sumbangan pengalamannya, juga kepada Laurel Mclaren & Ig. Wijayanto (Jager) dari Health Support Program (HSP) yang tak bosan-bosan mensuplai data, bahan dan masukan, Dengan support Melisa Anila Sari, Nia Astuti seluruh kesejahteraan Tim penulis selama berada di camp dapat dijamin. 


 

DAFTAR ISI


JUDUL..................................................................................................................... PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
I. Pendahuluan...............................................................................
II. Tahap-tahap Menuju Desa Siaga..............................................
1. Pendekatan awal..................................................................
2. Proses memfasilitasi.................................................................
3. Penyusunan strategi..................................................................
4. Pengerahan tindakan bersama...........................................................
5. Pengembangan organisasi dan keberlangsungan................
III. ‘Gambar Besar’ Warga Siaga............................................
IV. Rangkuman Proses Fasilitasi...................................................
Bahan Bacaan ..........................................................................



















I. Pendahuluan

Desa Siaga adalah desa yang telah menjalankan sistem kesehatan yang adil bagi masyarakat bersama negara, yang bertujuan untuk menjaga kesehatan warga terutama untuk mencegah kematian ibu dan bayi dengan mengutamakan kebutuhan, kepentingan, dan tindakan yang didasarkan atas pilihan masyarakat itu sendiri. Meski cakupan kerja Desa Siaga meliputi kesehatan masyarakat dalam arti luas, namun kesehatan ibu, ibu hamil, melahirkan, bayi baru lahir dipilih sebagai prioritas pelaksanaan program. 

Untuk mewujudkan itu, dilakukan kerja-kerja fasilitasi, yang sering disebut dengan istilah ‘Fasilitasi masyarakat’. Disebutkan bahwa istilah ‘Fasilitasi Masyarakat’ mengandung pengertian yang luas dari kedua akar. Istilah masyarakat, yakni mengacu pada warga (community) yang khas dalam konteks yang lebih luas. Istilah fasilitasi lebih dimaknai sebagai suatu kerangka menyeluruh dalam rangka memecahkan masalah ketidakadilan sekaligus membangun tatanan yang lebih adil. 

Maka Fasilitasi masyarakat bukanlah sekumpulan ‘resep’ atau ‘rumus ilmiah ajaib’. Mengorganisir masyarakat sebenarnya merupakan akibat logis dari analisis tentang apa yang terjadi, yakni ketidakadilan dan ketimpangan disekitar kita. Untuk menjawabnya, tidak ada pilihan lain kecuali bahwa seseorang harus terlibat ke dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. 

Ada berbagai peran pada setiap keadaan atau tingkatan yang berbeda. Secara sederhana dibagi dalam beberapa tingkatan, mulai dari aras kelompok masyarakat itu sendiri, kemudian pada aras antar kelompok masyarakat, lalu pada aras wilayah; dalam hal ini yang terutama adalah di tingkat desa. Seluruhnya akan sangat bergantung dari kebutuhan dan strategi yang ditempuh dalam setiap proses fasilitasi.

Yang penting bahwa seluruh peran dan tanggungjawab yang dilakonkan oleh mereka yang terlibat, seluruh proses fasilitasi harus dirumuskan sejelas mungkin, baik oleh masyarakat itu sendiri maupun oleh orang-orang luar yang terlibat dalam fasilitasi tersebut. Peran sejenis itu biasanya disebut sebagai pekerja-pekerja lapangan, yang melakukan kerja-kerja langsung di tengah masyarakat. Mereka itulah para fasilitator Desa Siaga atau para fasilitator inti. 

Daur yang tak pernah selesai
Apa kiat-kiat dalam proses fasilitasi tentang bagaimana mengelola berbagai kekuatan, faktor dan unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga mereka semua akhirnya dapat memiliki suatu pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang mereka hadapi. Masyarakat memang harus terus-menerus diajak berfikir dan menganalisis secara kritis keadaan dan masalah mereka sendiri. Hanya dengan cara itu mereka akan mampu menguasai wawasan baru, kepekaan, dan kesadaran yang memungkinkan mereka memiliki keinginan untuk bertindak, melakukan sesuatu untuk merubah keadaan yang mereka alami. Tindakan mereka itu kemudian dinilai, direnungkan kembali, dikaji-ulang untuk memperoleh wawasan baru lagi, pelajaran-pelajaran berharga yang akan menjaga arah tindakan berikutnya. Proses fasilitasi akan berlangsung terus bagai daur yang tak pernah selesai. 

 
 

Gambar 1. Daur Proses Fasilitasi

• Mulai memikirkan, mengamati, dan mengambil intisari dari suatu keadaan, terutama keadaan yang memang langsung dialami sendiri.
• Menganalisis secara kritis sampai mencapai suatu pemahaman yang lengkap dan utuh.
• Mengolah pemahaman tersebut hingga menjadi pengetahuan/kesadaran baru.
• Merencanakan tindakan bersama. 
• Melakukan tindakan berdasarkan kesadaran baru tersebut.

Proses fasilitasi masyarakat yang sangat dinamis, ibarat membangun rumah  

Ada satu keluarga yang memiliki keinginan yang sama untuk membangun satu rumah. Lalu, ada rancangan gambar yang tentu saja harus melalui proses kesepakatan bersama oleh semua orang yang tinggal bersama di rumah itu. Untuk melaksanakan rencana tersebut maka mereka harus memiliki strategi pelaksanaan yang terurai dengan berbagai kemungkinan caranya, termasuk menghitung sumber daya yang dimiliki, kebutuhan peralatan dan perangkat kerja yang diperlukan. Pembanguanan rumah pun akhirnya dilaksanakan, jelas bagian terpenting pertama yang dikerjakan adalah fondasi—barulah menyusul bagian bangunan lainnya. Bentuk atau tampak akhir bangunan tentu saja khas, ditentukan oleh keinginan dan pandangan para calon penghuni sesuai dengan kebutuhan dan latar sosial-budaya mereka.


 
 



II. Tahap-tahap Menuju Desa Siaga
 
Keseluruhan proses fasilitasi warga terdiri dari serangkaian tahapan. Secara umum dan sederhana, keseluruhan proses dapat diuraikan sebagai berikut:

 

Gambar 3. Tahapan Umum Menuju Desa Siaga





1. Pendekatan awal
Dalam rangka membangun hubungan awal dengan warga setempat, seorang fasilitator desa memulainya dengan melibatkan diri kedalam satu atau lebih kegiatan sosial yang ada di desa. Tentunya kegiatan sosial yang sangat erat kaitannya dengan tugas fasilitator Desa Siaga, misalnya kegiatan Posyandu. Fasilitator desa akan memetik manfaat dari keterlibatannya dalam kegiatan Posyandu, apalagi bagi fasilitator yang kurang atau tidak memiliki latar belakang pengalaman pribadi pernah bergiat di bidang pelayanan atau pengelolaan kesehatan, sekalipun di desanya sendiri. Keterlibatan aktif itu akan dengan sendirinya membuka wawasan fasilitator mengenali kompleksnya masalah kesehatan, mengenal warga desa yang memiliki sikap pro, kontra atau acuh tak acuh dalam pengembangan pelayanan kesehatan. Selain memupuk rasa percaya diri, keterlibatan ini memberikan andil tumbuhnya kepercayaan warga desa pada fasilitator desa, yang kemudian akan memudahkan fasilitator untuk menjalin komunikasi dan perluasan dukungan dari warga. Namun, dapat juga berakibat sebaliknya, karena semangat dan percaya diri yang berlebihan, tidak disadari mendominasi peran dan meminggirkan peran unsur-unsur masyarakat yang lain.

Untuk melahirkan fasilitator Desa Siaga & dukungan tokoh masyarakat (formal maupun informal) memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
• Identifikasi calon fasilitator Desa Siaga
• Seleksi penerimaan calon fasilitator Desa Siaga  
• Menjalin hubungan personal dengan calon fasilitator Desa Siaga
• Menjalin komitmen terhadap calon fasilitator Desa Siaga
• Membuat perencanaan individual fasilitator Desa Siaga
• Cari dukungan tokoh-tokoh masyarakat yang potensial
• Melakukan kunjungan informal ke tokoh masyarakat yang potensial
• Kembangkan pembicaraan bersama kearah komitmen untuk mendukung program Desa Siaga
• Mendorong partisipasi tokoh informal dalam program Desa Siaga  

2. Proses memfasilitasi
Fungsi atau peran utama dan paling dasar dari seorang fasilitator Desa Siaga adalah memfasilitasi (mengetahui, sekaligus memiliki ketrampilan teknis) membantu, mempermudah, memperlancar proses dimana masyarakat akhirnya mampu mengorganisir diri mereka sendiri. Hal-hal untuk kelancaran proses akan ditentukan oleh beberapa hal berikut ini:  

a. Persiapan Sosial
• mengembangkan topik pembicaraan permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat secara informal 
• membangun opini tentang persoalan kesehatan yang sudah menjadi topik pembicaraan
• menyelenggarakan pertemuan warga untuk membahas topik permasalahan kesehatan yang telah menjadi opini di masyarakat
• menyelenggarakan pertemuan warga untuk membangun kesepakatan pentingnya tindakan bersama mengatasi masalah kesehatan yang dianggap penting
• menyelenggarakan pertemuan untuk memperkenalkan gagasan adanya Desa Siaga yang berkaitan dengan kesepakatan terhadap tindakan bersama
  b. Prinsip Fasilitasi 
Tugas dan fungsi utama seorang fasilitator Desa Siaga, yakni memfasilitasi warga di komunitasnya. Memfasilitasi dalam pengertian, selain memfasilitasi proses-proses pelatihan dan pertemuan warga, Seorang fasilitator Desa Siaga adalah seseorang yang memahami peran-peran yang dijalankannya di masyarakat serta memiliki ketrampilan teknis menjalankannya, yakni ketrampilan memfasilitasi proses-proses yang membantu, memperlancar, mempermudah masyarakat setempat agar pada akhirnya nanti mampu memerankan dan melakukan sendiri.

Maka, seorang fasilitator Desa Siaga yang dinamis, paling tidak, harus memiliki kemampuan yakni; sebagai penghubung yang tepat di masyarakat, memiliki pengetahuan yang cukup, pandangan kemasyarakatan (progresif) dan tentu saja ketrampilan teknis mengorganisir dan melakukan proses-proses fasilitasi.
   
• Menjadi penghubung & pelancar proses
Untuk menjadi seorang fasilitator yang baik, salah satu persyaratan penting dan menentukan adalah menemukan orang-orang sebagai penghubung (contact persons) yang tepat di masyarakat. WASPADALAH, orang-orang yang disebut sebagai penghubung itu tidak selalu mesti para pemimpin yang dikenal luas, para tokoh agama, para tetua, atau lapisan cendekia di masyarakat. Ada banyak contoh selama ini yang memperlihatkan bahwa orang-orang biasa-biasa saja yang tidak dianggap penting, justru lebih mampu menjadi sumber informasi terpercaya dan terpenting, sekaligus sebagai penghubung yang handal dan tepat.












Yang terpenting bagi seorang fasilitator adalah cara menyaring mereka yang banyak omong, yang pintar memilih kata-kata apa yang harus diucapkannya, tetapi tidak mau dan tak bisa mengerjakan apa-apa, tak memiliki komitmen apapun untuk bertindak nyata. Adalah lebih baik memilih mereka yang nampaknya pemalu, gagap bicara, yang sering tidak diperhatikan dalam pertemuan-pertemuan, tetapi ternyata bertanggungjawab menyelesaikan tugasnya, aktif dalam kegiatan, mampu menyelesaikan banyak pekerjaan yang mungkin nampak sepele tetapi justru menentukan.  

Mereka yang memiliki kemampuan berbicara yang baik, sebaiknya memang diarahkan ke peran-peran yang sesuai, seperti juru-runding, juru-hubung, dan sebagainya. Sementara mereka yang ternyata memang lebih merupakan orang kerja, sebaiknya pula diarahkan ke peran-peran yang cocok, seperti pelaksana teknis kegiatan.  
Fasilitator menjalin hubungan dengan berbagai orang sebagai penghubung yang tepat. Yang paling penting dan paling jelas adalah dari kalangan masyarakat sendiri, warga setempat. Mungkin saja dia atau mereka adalah para pemimpin resmi, seperti aparat pemerintahan desa. Tetapi bisa juga mereka adalah orang biasa yang tidak memiliki jabatan resmi apapun di tengah warganya, tetapi menjalankan beberapa peran atau fungsi penting, seperti pengurus kelompok pemuda, mantri kesehatan, dukun bayi, pengurus arisan ibu-ibu, dan sebagainya.
CATATAN
Ingatlah selalu bahwa sebagai seorang fasilitator yang memfasilitasi suatu proses bersama warga, segala sesuatu yang dianggap penting dan terjadi di tengah mereka adalah juga menjadi perkara dan urusan kita. Maka yang harus diketahui—apa saja kejadian-kejadian penting disana, dan apa saja kemungkinan atau kecenderungan perkembangan keadaan mereka setiap saat. Bahkan seringkali beberapa kejadian yang nampak tidak penting dan sepele pun, patut kita perhatikan, tergantung pada bagaimana kita melihat hubungannya dengan masalah kesehatan yang menjadi keperihatinan masyarakat. Adalah menjadi tugas dan tanggungjawab kita untuk memahami dengan baik apa saja yang terjadi di tengah masyarakat setempat, yang menyangkut kehidupan keseharian dilingkungan sekitarnya.

• Memiliki kemauan untuk mengembangkan wawasan & kepekaan
Fasilitator desa dituntut mengembangkan wawasan, kepekaan, dan pengetahuan tentang kondisi dan dinamika desa tempat bekerja, dengan memiliki informasi umum mengenai sejarah desa, lembaga-lembaga, atau organisasi-organisasi masyarakat yang ada dan peranannya, pusat-pusat kekuasaan pengambilan keputusan tingkat lokal yang menentukan kehidupan desa selama ini, serta peranan orang-orang berpengaruh di masa lalu dan kini. Biasanya, sumber informasi penting mengenai hal ini adalah para pemuka atau tokoh masyarakat setempat, seperti kepala desa, pemimpin politik lokal, guru-guru sekolah, pemuka adat dan agama, juga kalangan awam tertentu.
Informasi lebih rinci mengenai masalah kesehatan, seperti kasus-kasus gangguan kehamilan, kematian ibu melahirkan, kematian bayi, terutama hubungannya dengan pola kehidupan masyarakat serta sistim pelayanan kesehatan yang tersedia. Penting pula menggali informasi pengalaman masyarakat dalam menangani masalah kesehatan dengan cara mereka sendiri, karena tidak terjangkau oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Sumber informasi utama soal ini bisa diperoleh dengan siapa saja, salah satu yang terpenting adalah bahan-bahan tertulis yang tersedia di tempat, misalnya, di kantor kepala desa atau di Puskesmas.

Informasi dari luar yang berkaitan dengan berbagai aspek pendukung pelayanan kesehatan warga setempat. Misalnya, berbagai kebijakan pemerintah dari tingkat desa sampai kabupaten yang berpengaruh langsung pada ketersediaan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Termasuk rencana-rencana di bidang pembangunan prasarana dan sarana kesehatan. Informasi jenis ini penting untuk mengetahui apa dampak yang dialami warga setempat dan bagaimana cara menghadapinya. Sumber informasi utamanya tentu saja adalah kantor-kantor pemerintahan pada berbagai tingkatan, lembaga-lembaga penelitian, dan mungkin juga media massa.
  Mengembangkan kemampuan fasilitasi

Hakekat dari kemampuan fasilitasi, justru ketika seseorang telah mampu belajar dari realitas atau pengalaman: apa yang dipelajari tidak berhenti pada “ajaran” (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, dsb) dari seseorang, tetapi kemampuan melihat keadaan nyata atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Maka, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau “kepintaran omongan” nya.

Dalam proses memfasilitasi, hindari cara-cara yang menggurui, karena sesama orang dewasa tak ada “guru” dan tak ada “murid yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan adalah “guru sekaligus juga murid” pada saat yang bersamaan. Bila tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses “mengajar-belajar” yang bersifat satu arah, tetapi proses “komunikasi” dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafika, audio-visual, dsb) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut.

Proses fasilitasi dalam pelaksanaannya disusun dalam suatu proses yang dikenal sebagai “daur fasilitasi dari pengalaman yang distrukturkan” (stuctural experiences learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut. Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan proses sebagai berikut;

 Rangkai-ulang (Rekonstruksi); yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, dll) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami; karena proses ini selalu dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan, mengamati, melihat, dan mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhirnya menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya.

 Ungkapkan; setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya—bagaimana tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut.

 Kaji-urai (Analisis) ; yakni mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut—yakni tatanan, aturan-aturan, sistem yang menjadi akar persoalan.

 Kesimpulan ; yakni merumuskan makna atau hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan menyatakan apa yang dialami dan dipelajari—dengan cara seperti ini akan membantu untuk merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajari. 

 Tindakan; tahap akhir dari daur fasilitasi ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalamrangka penerapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajaran baru, atau pengalaman baru, penemuan baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat “eksperimental”. Tentu saja proses penterapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula dan dengan pengalaman baru itu itulah daur proses ini pun akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya. 

























Proses fasilitasi ini dapat digambarkan sebagai berikut:


  Gambar 4. Daur Fasilitasi


“Daur fasilitasi” di atas merupakan proses belajar alamiah yang sengaja dituangkan dalam setiap penyelenggaraan proses belajar. Untuk itu sebaiknya anda sebagai fasilitator penting untuk mengingat-ingat kembali kegiatan yang pernah anda lakukan sebelum ini. Coba ingatkan kembali urutan kegiatannya berdasarkan daur fasilitasi itu atau kegiatan yang sekarang sedang berlangsung dan anda kerjakan.

• Kemampuan mempengaruhi proses terwujudnya Desa Siaga
Apabila kita dapat memfasilitasi suatu proses sosial dimana para warga desa menjadi semakin menyadari hak-haknya atas kesehatan yang kemudian diikuti dengan kemauannya menerima kaidah-kaidah, asas, dan tujuan Desa Siaga. Sesungguhnya fasilitator tengah memasuki tahapan penting dalam proses pelembagaan sosial.  

Pelembagaan Desa Siaga menjadi pranata dalam tata kehidupan desa merupakan proses yang kompleks yang menuntut partisipasi multipihak, baik dari elemen- elemen masyarakat di desa maupun dukungan dari pihak pengambilan keputusan atau penentu kebijakan di tingkat supra desa. Namun, ini tidak berarti bahwa kita sebagai fasilitator harus memainkan multi-peran dengan mengerjakan beragam tugas. Pada tahapan ini, fasilitator justru dituntut untuk mulai membatasi diri dan hanya memusatkan perhatiannya selaku fasilitator proses. 





Secara sederhana fasilitator proses diartikan “fasilitatornya para fasilitator”. 
Pelembagaan Desa Siaga membutuhkan lebih banyak fasilitator. Sehingga fungsi fasilitasi harus berubah, dari fasilitasi langsung kegiatan warga desa beralih pada proses mengalihkan metode dan kemampuan fasilitasi kepada beberapa warga desa yang secara selektif dipandang berpotensi menjadi fasilitator. Pelipatgandaan tenaga fasilitator yang berasal dari warga desa boleh dikatakan merupakan prasyarat keberhasilan proses pelembagaan sosial.  

3. Penyusunan strategi

Strategi disusun untuk merespon masalah strategis. Yang dimaksud dari masalah strategis disini adalah masalah-masalah yang jika tidak segera diantisipasi akan berakibat fatal pada kehidupan warga. Dalam konteks kesehatan masyarakat, strategi ditujukan untuk merespon masalah yang berkaitan dengan ibu dan bayi. Tingginya angka kematian ibu hamil dan melahirkan, bayi baru lahir dan bayi umur di bawah satu tahun di Indonesia adalah akibat kesalahan dalam strategi penanganannya. Agar masalah fatal seperti itu tidak terulang kembali atau menurun tingkat kematiannya, maka diperlukan strategi pengembangan desa siaga yang terdiri 4 aras, yakni: sistem transportasi, Tabungan Bersalin, notifikasi, dan donor darah. Ke empat aras ini biasa disebut dengan amanat persalinan.


 

Gambar 5. Unsur-Unsur Desa Siaga


a. Sistem transportasi
Merupakan sistem kebersamaan warga yang dikembangkan untuk mengantar atau membawa ibu hamil yang akan bersalin, terutama jika ibu tersebut diidentifiksasi akan mengalami komplikasi sehingga memerlukan pertolongan segera. Mekanisme transportasi ini juga kerap disebut ’Ambulan Desa’, namun tidak selalu ’Ambulan Desa’ ini adalah mobil (pribadi atau angkot). Banyak juga yang ’Ambulan Desanya’ adalah motor, andong, dokar, ataupun becak. Intinya adalah semua jenis transportasi yang ada di desa dan bisa dimanfaatkan untuk membawa ibu ke tempat rujukan.

Sistem transportasi menjadi prioritas terutama di wilayah-wilayah yang letaknya cukup jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan dan tidak banyak kendaraan umum yang beroperasi, sementara kendaraan juga tidak banyak dimiliki warga. 
b. Sistem dasolin/tabulin
Merupakan kegiatan menabung yang telah disepakati dan dikembangkan oleh warga yang akan digunakan untuk membiayai persalinan. Bentuk mekanisme ini bisa sangat variatif, tergantung pada kemampuan finansial, kemampuan manajerial, serta kreativitas warga. Umumnya terdapat dua jenis mekanisme pendanaan, yakni:

1. Dasolin (dana sosial ibu bersalin), yakni dana bersama yang dikumpulkan dari warga dan dikelola oleh pengurus berdasarkan kesepakatan bersama dengan warga. Bahkan bentuk tabungan juga bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan barang yang bisa dirupiahkan.

2. Tabulin (tabungan ibu bersalin), yakni uang yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan disimpan sendiri di rumah, di bank, atau di bidan yang akan membantu persalinan . Selain berbentuk uang, ada juga ’simpanan’ ibu hamil yang bentuknya in-natura, misalnya kambing, perhiasan, dan sebagainya yang ketika waktunya tiba siap untuk dijual dan hasilnya untuk membiayai persalinan.

Beberapa prinsip yang harus disepakati bersama antara lain:
- prinsip kegotongroyongan,
- transparansi,
- sistem pengelolaan dana,
- kepemimpinan musyawarah/mufakat, dan
- upaya pengembangan.

c. Sistem notifikasi
Adalah sistem yang dikembangkan oleh warga untuk mencatat dan menginformasikan kepada warga tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil, serta masa persalinan, di lingkungan mereka. Bentuk notifikasi yang dipilih bermacam-macam, tergantung kreativitas dan kemampuan warga yang bersangkutan. Pencatatan dilakukan oleh warga yang memilih bentuk buku catatan ibu hamil (dipegang dan diisi oleh fasilitator dan dikomunikasikan kepada pengurus Siaga, bidan, dan warga pada umumnya).

Syarat-syarat yang harus dijalankan dalam sistem notifikasi:
o Memberitahu bidan mengenai keberadaan setiap ibu hamil yang ada di lingkungannya.
o Memberitahu pengelola semua sistem tentang data ibu hamil.
o Memberitahu pada setiap ibu hamil dan keluarganya mengenai semua sistem “Siaga” yang ada dan cara mengaksesnya. 






d. Sistim Donor Darah
Persentase kematian ibu bersalin terjadi karena pendarahan, maka pembentukan donor darah menjadi prioritas. Beberapa langkah yang harus dilakukan:
- Fasilitasi agar warga menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah.
- Lakukan pendokumentasian bagi warga yang telah diketahui golongan darahnya.
- Lakukan kerja sama dengan PMI UTDC atau Unit Transfusi Darah di Rumah 
  Sakit untuk mengadakan tes golongan darah.
- Lakukan kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah bagaimana mekanisme yang diperlukan agar warga yang telah bersedia menjadi pendonor diprioritaskan, terutama bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.
- Identifikasi dan pencatatan bagi warga yang telah bersedia mendonorkan darahnya.

keempat sistim yang dilakukan masyarakat, berkaitan dengan kesanggupan warga untuk membantu ibu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir—proses upacara kesepakatannya disebut dengan ”AMANAT PERSALINAN”. Antara lain dilakukan penandatanganan kesanggupan, bagi warga yang sanggup menjadi pendonor, bagi warga yang memiliki kendaran, proses-proses pencatatan perkembangan bagi ibu hamil, melahirkan dan bayi baru lahir, termasuk urusan penggalian & pengelolaan dana. Lembar kesepakatan warga yang disebut Piagam Amanat Persalinan disaksikan warga melalui Forum Warga Siaga untuk memberikan pertolongan kepada ibu hamil & melahirkan. Dalam Piagam Amanat Persalinan tertulis kesiapan dana, transportasi, dan pendonor yang akan membantu ibu jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Dalam lembar itu juga ditulis bidan yang akan menolong persalinan. Kesahihan kesepakatan ini ditentukan oleh tanda tangan ibu hamil, suami/keluarga terdekat, bidan, dan fasilitator desa. Boleh dikata bahwa Piagam Amanat Persalinan (PAP) membantu ibu mendapatkan pertolongan yang sangat dibutuhkan pada saat kritis, yakni ketika ibu tidak dapat membuat keputusan penting menyangkut dirinya sehubungan dengan kondisinya. 

4. Pengerahan tindakan bersama

Pengerahan tindakan bersama merupakan strategi mobilisasi yang bertujuan untuk melakukan perubahan kebijakan kesehatan di tingkat negara/pemerintah yang dipandang lemah atau kurang dalam perlindungan hak-hak kesehatan warga desa. Gerakan ini bisa dilakukan dalam skala desa, kabupaten maupun nasional, tergantung sasaran yang ingin dicapai. Pengerahan tindakan bersama juga merupakan proses yang bermakna kedalam sebagai konsolidasi tubuh Desa Siaga. 

Ada 3 prasyarat kondisional yang memungkinkan pengerahan tindakan bersama ini dapat mencapai keberhasilan, yakni: (1) Adanya tim inti yang menjadi tenaga penggerak, (2) Adanya jaringan sekutu pendukung antar kabupaten yang merupakan aliansi fasilitator desa siaga, (3) Adanya agenda bersama aliansi fasilitator desa dalam menangani masalah kesehatan, seperti melakukan kegiatan bersama, melakukan advokasi kebijakan untuk masalah ibu hamil, melahirkan, dan bayi baru lahir.  

Beberapa gagasan aksi bersama yang bisa diselenggarakan secara serentak, misalnya di seluruh kabupaten misalnya;

Promosi melalui pembagian cindera mata
Harus menonjol dan tampak jelas di setiap acara dan kegiatan. Pertunjukan, pidato, dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya harus menjelaskan makna Desa Siaga. Kartu atau brosur berisi informasi mengenai Desa Siaga perlu juga dibuat dan disebarkan. Demikian juga simbol Desa Siaga dapat dibuat dari bahan-bahan yang tersedia di wilayah setempat (misalnya kain, kayu, seng, kertas, dll), sesuai dengan kebiasaan sosial di tiap desa.

Peresmian Acara-acara untuk Kampanye Keselamatan IbuHamil, melahirkan & bayi baru lahir
Upacara peresmian singkat dapat membuka pekan atau rangkaian kegiatan dalam rangka kampanye Keselamatan Ibu. Menggunting pita untuk Desa Siaga bisa dijadikan acara peresmian. Peserta dan para pembicara bisa terdiri dari para petugas kesehatan, selebriti, dan staf pemerintah. Undang media untuk meliput acara itu.

Perayaan bersama
Tempat-tempat umum seperti pasar, alun-alun, atau dekat kantor pusat pemerintah, dapat menjadi tempat penyelenggaraan acara Desa Siaga. Pemilihan tempat ini tergantung pada peserta yang akan dijadikan target kampanye. Seluruh panitia perayaan harus mengenakan pin Desa Siaga dan membagi-bagikannya kepada khalayak , disertai informasi mengenai Aliansi Desa Siaga dan aksi-aksi bagi Keselamatan Ibu. Mereka bisa membawa spanduk dan poster yang memuat pesan-pesan tentang Keselamatan Ibu Hamil,melahirkan & bayi baru lahir—bahkan dapat memanfaatkan momen hari bersejarah, misalnya Peringatan Hari Kartini untuk mengingatkan bahwa RA. Kartini meninggal karena melahirkan. Tempatkan sebuah meja atau tenda yang dijaga oleh panitia dan dilengkapi dengan bahan-bahan bersifat informasi untuk mengantisipasi permintaan. Panita juga dapat berkeliling di antara pengunjung dan menjawab pertanyaan. Pertemuan itu diakhiri dengan pameran mengenai Keselamatan Ibu Hamil, melahirkan dan bayi baru lahir. Pastikan bahwa perayaan itu memperoleh sambutan dari berbagai kalangan. 

Kegiatan Penyuluhan dan Diskusi Kelompok
Pertemuan-pertemuan yang menyatukan berbagai kelompok bisa dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mengadakan dialog dan membahas masalah-masalah keselamatan Ibu hamil, melahirkan, dan bayi baru lahir. Pertemuan semacam itu biasanya bertujuan untuk menjangkau warga tertentu atau anggota perkumpulan dan bentuknya bisa berupa pertemuan antar desa, seminar, atau diskusi kelompok warga. Para fasilitator, harus terampil dalam merangsang dialog dan interaksi.

Pertunjukan Layar Tancep
Pertunjukan film, video, dan slide berisi pesan-pesan dan konsep utama keselamatan ibu bisa juga diselenggarakan. Film yang diputar berisikan kisah-kisah yang menghibur sekaligus mendidik. Sudah banyak film mengenai keselamatan ibu & bayi baru lahir sudah dibuat untuk umum. Negara-negara lainnya telah menyiapkan film dokumenter yang dapat dijadikan panduan langkah-langkah aksi penting bagi para pembuat kebijakan. Setelah pemutaran film selesai, selenggarakan diskusi kelompok untuk menganalisis materi keseluruhan cerita.
Poster, pamflet, dan bahan-bahan cetak lainnya
Poster, pamflet, selebaran, lembaran data, dan bahan-bahan cetakan lainnya adalah alat untuk menguatkan dan mendukung pesan-pesan penting yang ingin disampaikan lewat acara dan kegiatan. Alat-alat ini dapat juga digunakan untuk publikasi. Poster ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dilihat dan ramai seperti pasar, klinik kesehatan, pabrik, dan staisun kereta api. Ajukan permohonan resmi pada para pengusaha untuk memajang poster. Mungkin saja tidak perlu membuat bahan cetakan baru karena banyak organsisasi sudah memiliki bahan tersebut dan mau menyumbangkannya. 

Pertunjukan Kesenian Rakyat
Pertunjukan pementasan kesenian rakyat yang paling digemari kebanyakan warga, memberikan kesempatan kepada warga untuk merasakan situasi yang nyaman. Ada banyak bentuk pertunjukan yang mampu melibatkan penonton untuk ikut bermain. Usai pementasan, dapat diadakan diskusi yang diikuti penoton tentang apa yang dipertunjukkan dan menyarankan aksi-aksi untuk memecahkan masalah yang ada di sekeliling mereka. Misalnya pertunjukan Lenong Betawi, Ketoprak (di Jawa), Wayang, kesenian-kesenian lokal yang dapat dipentaskan baik di panggung resmi maupun di tempat-tempat terbuka.

Pekan Raya  
Suatu pekan raya yang dimeriahkan dengan pertunjukan, permainan, dan pameran makanan dan minuman bisa diselenggarakan di lokasi sentral seperti dekat pasar atau dekat jalan utama. Organisasi-organisai mitra bisa menempatkan suatu papan atau gerai informasi yang menjelaskan bagaimana mereka dan juga pengunjung bisa menyumbang kepada Keselamatan Ibu. Pekan raya itu bisa menjaring audiens segala usia.

Statement dan Petisi
Forum mitra warga Siaga dapat menyiapkan suatu pernyataan yang menggarisbawahi situasi kematian Ibu & bayi serta menjelaskan dampak kematian ibu terhadap keluarga, masyarakat, dan negara. Lebih lanjut mereka dapat memberikan rekomendasi berbagai aksi untuk mencapai Keselamatan Ibu dan bayi. Pernyataan itu harus mencantumkan seluruh nama organisasi dan individu yang mendukung. Pernyataan itu dapat dikirimkan kepada pembuat kebijakan, agar mereka merubah atau mengesahkan kebijakan yang mendukung keselamatan ibu & bayi. Pernyataan seperti itu dapat diedarkan di antara masyarakat sebagai suatu petisi. Mintalah tiap orang untuk mencantumkan tanda tangannya sebagai pertanda dukungan.


5. Pengembangan organisasi dan keberlangsungan

Pengembangan organisasi lebih diupayakan untuk menata sistem kesehatan masyarakat di desa. Dengan demikian organisasi yang berkembang dalam desa siaga, tidak harus wadah baru tetapi menjadi bagian dari desa. Organisasi ini memiliki prinsip musyawarah warga desa dalam mengambil keputusan tentang kesehatan warga. Musyarawah juga dilakukan untuk merencanakan, mengelola dan memonitor kerja kegiatan/ program untuk desa siaga. Keberlangsungan organisasi di desa sangat tergantung pada pengakuan hak dari warga masyarakat setempat. 
Di masa lalu, banyak kegiatan masyarakat bisa berlanjut terus terutama karena para pelakunya memang mampu melakukan segala sesuatunya oleh mereka sendiri, nyaris tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk bantuan dan dukungan dana dari lembaga-lembaga donor. Sejarah masyarakat mengorganisir dirinya di masa lalu memperlihatkan bahwa para pelakunya memang merupakan orang-orang yang bekerja sepenuh waktu dan hatinya. 
Masalah atau issu yang dihadapi warga sekarang ini semakin rumit dan majemuk, sementara sistem kemasyarakatan (sosial politik, ekonomi, dan budaya) yang melingkupinya juga tidak bersifat lokal lagi semata-mata, tetapi memiliki kaitan-kaitan yang panjang dengan berbagai kebijakan serta peristiwa di tingkat yang lebih tinggi, nasional atau bahkan internasional. Semua itu membutuhkan berbagai jenis peran dan taraf kemampuan, karena berbagai keterbatasan yang memang nyata ada, tak mungkin dimiliki dan dilaksanakan seluruhnya oleh warga secara sendiri-sendiri.
Memang harus tetap hati-hati ketika ingin melibatkan berbagai pihak luar, organisasi maupun perseorangan, sebagai sistem pendukung proses-proses fasilitasi warga yang dibangun bersama masyarakat setempat. Warga setempat, para anggota, dan fasilitator harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai berbagai jenis peran dan taraf kemampuan yang mereka butuhkan dari berbagai kaitannya dengan pihak luar. Jika tidak, mereka sangat mungkin akan terperangkap ke dalam gejala lain yang juga banyak terjadi selama ini, yakni bahwa proses-proses fasilitasi warga akhirnya justru didominasi oleh berbagai pihak, bahkan sering terjadi ketergantungan. Gejala semacam ini menjadi sangat mungkin terjadi jika berbagai pihak luar yang diharapkan mendukung tersebut, ternyata juga tidak memahami benar apa sesungguhnya hakekat proses fasilitasi dan tujuan dari Desa Siaga.
Berbagai jenis peran dan taraf kemampuan yang biasanya dibutuhkan sebagai sistem pendukung kerja fasilitasi warga Siaga secara garis-besar, paling tidak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Penyediaan berbagai bahan-bahan dan media kreatif untuk pendidikan dan pelatihan, kampanye dan aksi-aksi langsung, bahkan juga untuk keperluan lobbi.
• Pengembangan kemampuan pengelolaan Desa Siaga itu sendiri untuk merancang dan menyelenggarakan proses-proses pendidikan dan pelatihan warga atau anggota mereka.
• Kajian, terutama dalam rangka penyediaan berbagai informasi yang menyangkut berbagai kebijakan dan perkembangan di tingkat nasional dan internasional, mengenai masalah atau issu utama yang diperjuangkan oleh warga setempat.
• Penyediaan prasarana dan sarana kerja organisasi.








III. ‘Gambar Besar’ Warga Siaga

Gambar itu menunjukkan suatu gambaran (visual) nyata tentang bagaimana sistim pelayanan bagi ibu hamil, melahirkan, dan bayi baru lahir yang lebih baik bagi warga kebanyakan; tentang berbagai bentuk, sifat, dan jenis hubungan yang lebih adil, setara antar berbagai lapisan diantara warga tentang hubungan yang lebih adil antara hubungan laki-laki dan perempuan, antara orang dewasa dan anak-anak, tentang jaminan hukum dan politik yang pasti bagi warga, dsb. Pendek kata gambar tersebut menggambarkan suatu upaya atau proses memajukan dan menciptakan masyarakat dimana sejumlah nilai luhur kemanusiaan disepakati, dihormati, dan dilaksanakan dalam kehidupan keseharian semua pihak dan lapisan dimana hubungan-hubungan antar berbagai pihak dan lapisan tidak lagi menjadikan kekuasaan dan kekerasan sebagai pusat pengendali kehidupan mereka, dimana semua warga tidak menakar segala sesuatunya atas dasar nilai-nilai kebendaan yang fana, namun lebih atas dasar hak asasi dan fitrah manusia yang mengutamakan kemaslahatan bersama dan kedaulatan masyarakat awam. 

Apabila kita dapat memfasilitasi warga masyarakat sehingga mereka menyadari dan menerima kaidah-kaidah, asas dan visi tersebut di atas, sebagai panduan utama dari seluruh kegiatan mereka ke arah suatu perubahan sosial yang lebih besar. Sesungguhnya kita sudah mulai mencapai tujuan-tujuan terpenting dari tugas-tugas sebagai seorang fasilitator . 

Langkah awal selalu diakhiri dan dimulai kembali dengan langkah awal berikutnya. sejak mulai sekali, seorang fasilitator memang harus memfasilitasi warga untuk menyadari dan memahami gambar besar tersebut. Maka memfasilitasi, bersama-sama dengan mereka, untuk mengenal dan memahami para pelaku dan pola-pola hubungan antar para pelaku tersebut dalam keseluruhan gambar besar kemasyarakatan menjadi sangat penting. Tetapi, sekali lagi, semua upaya pengertian tersebut haruslah dimulai dari tempat atau keadaan dimana mereka berada, dari apa yang mereka ketahui, dari apa yang memang merupakan pengalaman nyata mereka sendiri. Dari titik tolak itulah kemudian baru kita mengajak mereka ke konteks yang lebih luas dan lebih besar.  













IV. Rangkuman Proses Fasilitasi

Langkah-langkah Awal
• Bertolaklah dari pengalaman nyata masyarakat sendiri
• Tentukan apa & bagaimana ‘kunci masuk’ yang sesuai dengan keadaan dan permasalahannya
• Temukan cara-cara khusus yang kreatif dan tepat sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan masyarakat setempat
• Ciptakan suasana yang ‘santai’, jangan kaku dan tegang.
• Tetapkan waktu untuk mulai mengerahkan warga setempat, dan pada saat kapan mulai dengan menumbuhkan kesadaran mereka terlebih dahulu.
• Proses-proses dan media pendidikan yang partisipatif dan kreatif adalah unsur penting yang sangat membantu menjelaskan suatu permasalahan secara mudah dipahami oleh masyarakat.
• Bahan-bahan (bacaan, gambar, foto, video, dsb) yang tepat dan sesuai merupakan sumber belajar yang penting bagi masyarakat awam untuk saling berbagi pemahaman dan pengalaman.
• Pada saat-saat tertentu, memang diperlukan juga ‘agitasi’ untuk menimbulkan kesiagaan dan kesigapan dikalangan masyarakat, agar mereka tidak selalu bersikap pasrah dan hanya menunggu saja.

Mendorong peran serta kaum perempuan
Usahakan selalu peluang yang lebih besar bagi keikutsertaan kaum perempuan dalam semua kegiatan, dan ciptakan suasana agar semua orang memiliki kepekaan akan persoalan ini. Sampaikan contoh-contoh nyata dari tempat lain di mana kaum perempuan memainkan peran penting dan menentukan dalam proses-proses perjuangan warga.
Jangan terpancing berdebat segala macam ‘teori’ dengan masyarakat awam, lebih baik berangkat dari pengalaman nyata mereka sendiri.

‘Kunci – masuk’ 
Hanya sebagai ‘pembuka’ ke arah inti permasalahan dan proses fasilitasi yang sesungguhnya, bukan sebagai tujuan atau hasil akhir dari proses fasilitasi.
Pelajari dan fahami benar bagaimana caranya bergerak dari tahap ‘pembuka’ ini ke inti persoalan dan proses fasilitasi yang sesungguhnya, jangan berlarut-larut dan terjebak berhenti hanya pada sampai tahap itu saja.
Tiap masyarakat dalam keadaan, tempat dan waktu yang berbeda, sangat mungkin pula berada ‘kunci masuk’nya. ‘Kunci masuk’ itu biasanya merupakan bentuk-bentuk kegiatan nyata dan langsung dapat dilihat dan dirasakan hasilnya oleh masyarakat setempat, misalnya, kegiatan POSYANDU, pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar, pemetaan masalah, pengembangan usaha ekonomi atau kegiatan simpan-pinjam, dan sebagainya.

Gambar besar masyarakat
Gambar besar sistem kemasyarakatan melukiskan konteks kehidupan warga setempat, berbagai kekuatan dan unsur yang mempengaruhi mereka, pola-pola hubungan antar berbagai kekuatan dan unsur tersebut satu sama lain dan dengan warga setempat sendiri, serta berbagai masalah, akibat, dan dampak yang ditimbulkanya.
Lakukanlah apa yang disebut sebagai ‘analisis sosial’ bersama warga setempat untuk memahami gambar besar sistem kemasyarakatan tersebut pada berbagai arasnya, dan dalam kaitannya dengan masalah, issu atau kasus khas mereka.

Atas dasar ‘analisis sosial’ tersebut, ajaklah warga merumuskan bersama-sama apa dan bagaimana tindakan yang seharusnya mereka lakukan.
Sekalilagi, jangan sekali-kali bertolak dari segala macam teori akademis dengan berbagai istilah-istilah teknisnya yang sulit dipahami oleh masyarakat; lebih baik bertolak dari pengalaman dan peristilahan mereka sendiri.

Beberapa peringatan
Pada saat-saat tertentu dan tepat, mungkin sesekali perlu mengatakan ‘tidak’ dan tidak selalu ‘mengiyakan’ apa saja yang dikatakan oleh warga. Ingat :’terlalu banyak koki justru bisa merusak rasa masakan’ Waspadalah dan ariflah menanggapi kebiasaan warga  
selama ini yang cenderung bersikap ‘tolong, lakukanlah untuk kami’!

Tidak ada komentar: